Kelembutan Dakwah Rasulullah

B W A K M E g y p tBagi setiap para Da’i, Muballigh, Ustadz, dan entah siapapun itu, ketika hatinya ada niatan ingin menyerukan kebaikan kepada masyarakat maka hendaklah merujuk kepada Rasulullah Saw. Pendakwah terbesar, dan tauladan terbaik bagi seluruh umat manusia disekalian alam. Petunjuk buat muballigh manapun agar mengenal dengan benar esensi dakwah dalam islam, dan sekaligus supaya mengerti ma’na dari amar ma’ruf dan nahi mungkar yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Karena jika benar-benar memahami jalan dakwah beliau insya Allah, keuntunganya tidak sebatas mampu mengajak orang kearah kebaikan saja, tapi juga lebih meyakinkan siapapun bahwa dakwah Islam selalu pada kebaikan dan disukai. Bukan memaksa apalagi kekerasan.

Pembaca, jika melihat fenomena yang terjadi akhir-akhir ini diseputar dakwah, tidak sedikit kita temukan permasalahan yang cukup mengerutkan kening. Bagi yang mengerti jalan dakwah yang sebenarnya tentu akan menyesali hal ini, dan mungkin bisa menjelaskan maksud sebenarnya. Tapi bagi yang tidak tahu? Tentu mereka akan terombang-ambing karena kebingungan tidak mengerti, mereka akan bertanya-tanya dalam hatinya, “apakah islam memang benar mengajarkan sedemikian?” jika tidak ada yang menjawab maka keraguan akan semangkin menyebar dibenak mereka, bahkan lebih parah lagi bisa jadi mereka meninggalkan kewajaiban syari’at. Na’udzubillah.

Nah pembaca, tulisan ini, meskipun berupa catatan kecil, penulis upayakan menerangkan makna yang sebenarnya mengenai dakwah ditubuh Islam. Tentu maksudnya dakwah yang penuh dengan kelembutan dan kesantunan seperti yang ditauladankan Rasulullah Saw. Itu saja, tapi semoga banyak manfaat.

Pernah, Ustadz. Dr. Ahmah Abu Sa’adah didalam muhadarahnya bercerita, tentang kisah seorang pemuda yang memohon kepada Rasulullah Saw. untuk diizinkan berbuat zina. Pemuda itu, seperti tidak ada rasa malu langsung saja berkata, “Wahai Rasulullah! Izinkanlah aku berzina!” Kontan orang-orang yang ada di sekitarnya menghampiri dan langsung memaki, “Celakalah kau, celakalah kau!” Akan tetapi, beda hal-nya dengan yang dilakukan oleh baginda Rasulullah Saw. Beliau justru mendekati pemuda itu dan malah duduk di sampingnya. Kemudian berbicara kepadanya dengan bahasa yang sangat lembut dan sopan. Rasulullah awali dengan bertanya, “Apakah kau ingin zina itu terjadi pada ibumu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak ya Rasulullah! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka berkatalah Rasulullah, “Begitu pula orang lain. Mereka tidak ingin zina itu terjadi kepada ibu mereka.” Kemudian Rasulullah bertanya lagi, “Apakah kau ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuanmu?”

Si pemuda juga menjawab, “Sekali-kali tidak ya Rasulullah! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka berkatalah Rasulullah, “Begitu pula orang lain. Mereka tidak ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah kau ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan bapakmu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak ya Rasulullah! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka berkatalah Rasulullah, “Begitu pula orang lain. Mereka tidak ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan bapak mereka.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah kau ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan ibumu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak ya Rasulullah! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka berkatalah Rasulullah, “Begitu pula orang lain. Mereka tidak ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan ibu mereka.” Kemudian setelah itu Rasulullah meletakkan telapak tangan beliau kedada pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah! Ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya!”

Pembaca, sekarang mari kita perhatikan atau mungkin silahkan juga kita bandingkan antara dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw. Dengan dakwah yang entah sejak kapan mulai menjamur akhir-akhir ini. Tentunya jauh sangat berbeda, bukan? Disitu, tidak ada sama sekali Rasulullah melarang dengan kekerasan, cacian, makian dan merendahkan, apa lagi mengancam dengan menakut-nakuti.

Justru beliau berupaya menghentikan dengan cara yang sangat akrab dengan bahasa yang juga sangat santun. Tidak hanya itu, Rasulullah juga menggembirakan dia dengan menyentuh dadanya seraya berdoa: “Ya Allah! Ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya!” Begitulah, kalau penulis pikir lagi lucu rasanya. Saat ini semangkin mudah saja orang-orang diajak agar kesana dan kemari, pukul sana dan paksa sini, tapi tidak mengerti dibagian mana saja yang memungkin untuk dipaksa. Seperti lucu juga, yang semua orang mengatakan dirinya Islam, cinta dakwah islam, tapi sedikitpun yang ia lakukan tidak berpedoman kepada Rasulullah. Wallahu a’lam.

oleh : Taufiq Sulaiman Ritonga
Label:
[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.