Juli 2012


Konsultasi Z I S F I
Narasumber Lembaga BWAKM Ust. Aep Saepullah, MA

Sekretariat BWAKM : -Indonesian Hostel, 8 Wahran St. Rabea Adawea,
Nasr City, Cairo-Egypt.

- Bld 98 B/15 Swessry A Project, Gate 3th, 10th District,
Nasr City,Cairo-Egypt..

Tlpn : (+202) 24718582
Fax : (+202) 27962495.
Website : www.bwakm-egypt.com
Email : bwakmcairo@yahoo.co.uk

1. Noor Kholis Mukti, Direktur Utama BWAKM Mesir :20-12 236 81 84
2. Syamsu Alam Darwis, Wakil Direktur BWAKM Mesir :20-16 377 92 76
3. Johannes Cornelius Nobels, Direktur Bid. Luar Negri :20-10 367 00 98 (egypt)
0033620382274 (France)

Program BWAKM dalam pembinaan dan wujud perhatian sosial untuk kesejahteraan.

1. Mengkoordinir pembayaran ZISFI secara Kolektif

2. Menerima segala bentuk bantuan dan mendistribusikannya kepada Mahasiswa Indonesia yang membutuhkan; adapun bentuk bantuan bisa dalam bentuk (uang tunai dan Bahan-bahan kebutuhan Pokok) yang kemudian bantuan tersebut digolongkan menjadi:
a. Bantuan solidaritas peduli Ummat
b. Bantuan Kesahatan
c. Bantuan Zakat Sembako
d. Bantuan Mahasiswa Berprestasi

3. Program Beasiswa Mahasiswa Asuh (BMA)

4. Menjalin kerjasama Baik dengan seluruh elemen dalam pengadaan pengiriman Da’i di Bulan Suci Ramadhan.

5. Mengadakan pelatihan-pelatihan pengembangan SDM.(Pelatihan Manajemen, Komputer, Penulisan, dll)
Adapun segala jenis kegiatan yang dilakukan Dewan Pengurus BWAKM. diprioritaskan untuk membantu Mahasiswa indonesia di Mesir yang membutuhkan. Untuk kepentingan studi.

Motto: Bekerja Ikhlas, Amanah, professional dan berprestasi

1. Mengkaji sistem pengembangan dan Pengelolaan ZISFI dengan berlandaskan al-Qur’an Dan Sunnah. Dan tatanan Hukum yang berlaku.

2. Menggalang Bantuan Material dan Kesehatan guna kelancaran study mahasiswa Indonesia.

3. Menjaring kerjasama BWAKM dengan seluruh element masyarakat Muslim lainnya, dengan menjadi tugas utama: menghimpun ZISFi dan kemudian menyalurkannya kepada mahasiswa Indonesia sesuai ketentuan agar dapat terdistribusi lebih optimal dan tepat sasaran.

4. Memberikan motivasi dan dukungan agar mahasiswa yang berprestasi pada jenjang S1 melanjutkan studi ke jenjang S2.

5. Menumbuhkan rasa keinginan bersama untuk beramal, memberi dan membantu antar sesama.

6. Menumbuhkan rasa simpatik dan tanggung jawab moril dengan kondisi yang ada di sekitar lingkungannya.

Latar belakang terbentuknya lembaga ini disebabkan atas respon bersama terhadap berbagai problem sosial mahasiswa dalam rangka membantu kelancaran studi. Dengan fokus membantu mahasiswa yang paling membutuhkan -tidak mampu- secara finansial namun berprestasi dalam studi. Sehingga dapat menyelesaikan studinya dan memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama di mesir untuk berda’wah sekembalinya ke tanah air Republik Indonesia.

Lembaga ini didirikan;dengan Melihat kondisi rill diatas.sehingga perlu adanya perhatian khusus dalam menentaskan problem sosial yang dialami oleh mahasiswa. Maka perlu dibentuk suatu lembaga yang menaungi jalannya kegiatan untuk mewujudkan kesejahteraan Mahasiswa. Maka, dengan dukungan dan niat baik seluruh element Masyarakat Indonesia di Mesir lembaga BWAKM dibentuk dan didirikan pada tanggal 5 Februari 1987.

B W A K M E g y p tIa dikenal sebagai pelopor barisan berkuda dan ahli filsafat. Ketika membicarakan dirinya para sahabat dan teman sejawatnya berkata “Orang yg pertama memacu kudanya dalam perang sabil adallah Miqdad ibnul Aswad.” Dan Miqdad ibnul Aswad yg mereka maksudkan itu adl tokoh kita Miqdad bin ‘Amr ini. Di masa jahiliyah ia menyetujui dan membuat perjanjian untuk diambil oleh Al-Aswad ‘Abdi Yaghuts sebagai anak sehingga namanya berubah menjadi Miqdad ibnul Aswad. Tetapi setelah turunnya ayat mulia yg merangkaikan nama anak angkat dgn nama ayah angkatnya dan mengharuskan merangkaikannya degan nama ayah kandungnya maka namanya kembali dihubungkan degan nama ayahnya yaitu ‘Amr bin Sa’ad. Miqdad termasuk dalam rombongan orang-orang yg pertama masuk Islam dan orang ketujuh yg menyatakan keislamannya secara terbuka degan terus terang dan menanggungkan penderitaan dari amarah murka dan kekejaman Quraisy yg dihadapinya dgn kejantanan para ksatria dan keperwiraan kaum Hawari! Perjuangannya di medan Perang Badar tetap akan jadi tugu peringatan yg selalu semarak takkan pudar.

Perjuangan yg mengantarkannya kepada suatu kedudukan puncak yg dicita dan diangan-angankan oleh seseorang utk menjadi miliknya. Berkatalah Abdullah bin Masy’ud yakni seorang sahabat Rasulullah SAW “Saya telah menyaksikan perjuangan Miqdad sehingga saya lbh suka menjadi sahabatnya daripada segala isi bumi ini?.” Pada hari yg bermula dgn kesuraman itu yakni ketika Quraisy datang dgn kekuatannya yg dahsyat dgn semangat dan tekad yg bergelora dgn kesombongan dan keangkuhan mereka pada hari itu kaum Muslimin masih sedikit yg sebelumnya tak pernah mengalami peperangan utk mempertahankan Islam dan inilah peperangan pertama yg mereka terjuni. Sementara Rasulullah menguji keimanan para pengikutnya dan meneliti persiapan mereka utk menghadapi tentara musuh yg datang menyerang baik pasukan pejalan kaki maupun angkatan berkudanya.

Para sahabat dibawanya bermusyawarah; dan mereka mengetahui bahwa jika beliau meminta buah pikiran dan pendapat mereka maka hal itu dimaksudnya secara bersungguh-sungguh. Artinya dari tiap mereka dimintanya pendirian dan pendapat yg sebenarnya hingga bila ada di antara mereka yg berpendapat lain yg berbeda dgn pendapat umum maka ia tak usah takut atau akan mendapat penyesalan. Miqdad khawatir kalau ada di antara Kaum Muslimin yg terlalu berhati-hati terhadap perang. Dari itu sebelum ada yg angkat bicara Miqdad ingin mendahului mereka agar dgn kalimat-kalimat yg tegas dapat menyalakan perjuangan dan turut mengambil bagian dalam membentuk pendapat umum. Tetapi sebelum ia menggerakan kedua bibirnya Abu Bakar Shiddiq r.a. telah mulai bicara dan baik sekali buah pembicaraannya itu hingga hati Miqdad menjadi tenteram karenanya. Setelah itu Umar bin Khatthab r.a. menyusul bicara dan buah pembicaraannya juga baik. Maka tampillah Miqdad katanya “Ya Rasulullah teruskanlah laksanakan apa yg dititahkan Allah dan kami akan bersama anda?.! Demi Allah kami tidak akan berkata seperti yg dikatakan Bani Israil kepada Musa’Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah sedang kami akan duduk menunggu di sini.

Tetapi kami akan mengatakan kepada anda ‘Pergilah anda bersama Tuhan anda dan berperanglah sementara kami ikut berjuang di sampig anda?.!’ Demi yg telah mengutus anda membawa kebenaran! Seandainya anda membawa kami melalui lautan lumpur kami akan berjuang bersama anda dgn tabah hingga mencapai tujuan dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kiri anda di bagian depan dan di bagian belakang anda sampai Allah memberi anda kemenangan?.!” Kata-katanya itu mengalir tak ubahnya bagai anak panah yg lepas dari busurnya. Dan wajah Rasulullah yg berseri-seri karenanya sementara mulutnya komat-kamit mengucapkan do’a yg baik utk Miqdad. Serta dari kata-kata tegas yg dilepasnya itu mengalirlah semangat kepahlawanan dalam kumpulan yg baik dari orang-orang beriman bahkan dgn kekuatan dan ketegasannya kata-kata itu pun menjadi contoh teladan bagi siapa yg ingin bicara menjadi semboyan dalam perjuangan?.! Sungguh kalimat-kalimat yg diucapkan Miqdad bin ‘Amr itu mencapai sasarannya di hati orang-orang Mu’min hingga Sa’ad dan Mu’adz pemimpin kaum Anshar bangkit berdiri katanya “Wahai Rasulullah sungguh kami telah beriman kepada anda dan membenarkan anda dan kami saksikan bahwa apa yg anda bawa itu adl benar?. serta utk itu kami telah ikatkan janji dan padukan kesetiaan kami! Maka majulah wahai Rasulullah laksanakan apa yg anda kehendaki dan kami akan selalu bersama anda?.! Dan demi yg mengutus anda membawa kebenaran sekiranya anda membawa kami menerjuni dan mengarungi lautan ini akan kami terjuni dan arungi tidak seorang pun di antara kami yg akan mundur utk menghadapi musuh?.!

Sungguh kami akan tabah dalam peperangan teguh dalam menghadapi musuh dan moga-moga Allah akan memperlihatkan kepada anda perbuatan kami yg berkenan di hati anda?.! Nah kerahkanlah kami dgn berkat dari Allah?.!” Maka hati Rasulullah pun penuhlah dgn kegembiraan lalu sabdanya kepada sahabat-sahabatnya“Berangkatlah dan besarkanlah hati kalian?.!” Dan kedua pasukan pun berhadapanlah?.Anggota pasukan Kaum Muslimin yg berkuda ketika itu jumlahnya tidak lbh dari tiga orang yaitu Miqdad bin ‘Amr Martsad bin Abi Martsad dan Zubair bin Awwam; sementara pejuang-pejuang lainnya terdiri atas pasukan pejalan kaki atau pengendara-pengendara unta. Ucapan Miqdad yg kita kemukakan tadi tidak saja menggambarkan keperwiraannya semata tetapi juga melukiskan logikanya yg tepat dan pemikiran yg dalam? Demikianlah sifat miqdad?. Ia adl seoarang filosof dan ahli pikir. Hikmat dan filsafatnya tidak saja terkesan pada ucapan semata tapi terutama pada prinsip-prinsip hidup yg kukuh dan perjalanan hidup yg teguh tulus dan lurus sementara pengalaman-pengalamannya menjadi sumber bagi pemikiran dan menunjang bagi filsafat itu. Pada suatu hari ia diangkat oleh Rasulullah SAW sebagai amir disuatu daerah.

Tatakla ia kembali dari tugasnya Nabi bertanya “Bagaimanakah pendapatmu menjadi amir?” maka denagan penuh kejujuran dijawabnya “Anda telah menjadikan daku menganggap diri diatas semua manusia sedang mereka semua di bawahku? Demi yg telah mengutus anda membawa kebenaran semenjak saat ini saya tak berkeinginan menjadi pemimpin sekalipun utk dua orang utk selama-lamanya?.!” Seorang laki-laki yg tak hendak tertipu oleh dirinya tak hendak terperdaya oleh kelemahannya?.! Dipegangnya jabatan sebagai amir hingga dirinya diliputi oleh kemegahan dan puji-pujian. Kelemahan ini disadarinya hingga ia bersumpah akan menghindarinya dan meolak utk menjadi amir lagi setelah pengalaman pahit itu. Kemudian ternyata bahwa ia menepati janji dan sumpahnya itu hingga semenjak itu ia tak pernah menerima jabatan amir?! Miqdad selalu mendendangkan hadits yg didenganrnya dari Rasulullah SAW yakni “Orang yg berbahagia ialah orang yg dijauhkan dari fitnah?.!” Oleh karean jabatan sebagai amir itu dianggapnya suatu kemegahan yg menimbulkan atau hampir menimbulkan fitanh bagi dirinya maka syarat utk mencapai kebahagiaan baginya ialah menajuhinya. Diantara madhar atau manifestasi filsafatnya ialah tidak tergesa-gesa dan sangat hati-hati menjatuhkan putusan atas seseorang.

Dan ini juga dipelajarinya dari Rasulullah SAW yg telah menyampaikan kepada ummatnya “bahwa hati manusia lbh cepat isi periuk dikala menggelegak?” Miqdad sering menangguhkan penilaian terakhir terhadap seseorang sampai dekat saat kemtian mereka. Tujuannya ialah agar orang yg akan dinilainya tidak beroleh atau mengalami hal yg baru lagi?perubahan atau hal baru apkah lagi setelah maut? Dalam percakapan yg disampaikan kepada kita oleh salah seorang sahabat dan teman sejawatnya seperti dibawah ini filsafatnya itu menonjol sebagai suatu renungan yg amat dalam katanya “Pada suatu hari kami pergi duduk-duduk ke dekat miqdad. Tiba-tiba lewatlah seorang laki-laki dan katanya keapda Miqdad “Sungguh berbahagialah kedua mata ini yg telah melihat Rasulullah SAW! Demi Allah andainya kami dapat melihat apa yg engkau lihat dan menyksikan apa yg anda saksikan?!” Miqdad pergi menghampirinya katanya “Apa yg mendoorng kalian unutk ingin menyaksikan peristiwa yg disembunyikan Allah dari penglihatan kalian padahal kalian tidak tahu apa akibatanya bila sempat menyaksikannya? Demi Allah bukankah dimasa Rasulullah SAW banyak orang yg ditelungkupkan Allah mukanya keneraka jahanam?! Kenapa kalian tidak mengucapkan puji keapda Allah yg menghindarkan kalian dari malapetaka seperti yg menimpa mereka itu dan menjadikan kalian orang-orang yg beriman kepada Allah dan Nabi kalian!” Suatu hikmah?! Dan hikmah yg bagaimana lagi? Tidak seoarangpun yg beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yg anda temuai kecuali ia menginginkan dapat hidup dimasa Rasulullah dan beroleh kesemaptan utk melihatnya! Tetapi penglihatan Miqdad yg tajam dan dalam dapat menembus barang ghaib yg tidak terjangkau dibalik cita-cita dan keinginan itu.

Bukankah tidak mustahil orang yg menginginkan hidup pada masa-masa tersebut akan menjadi salah seorang penduduk neraka? Bukankah tidak mustahil ia akan jatuh kafir bersama orang-orang kafir lainnya? Maka tidakkah ia lbh baik memuji Allah yg telah menghidupkannya dimasa-masa yg telah tercapainya kemantapan bagi Islam hingga ia dapat menganutnya secara mudah dan bersih?.? Demikianlah pandangan Miqdad memancarkan hikmah dan filsafat? dan seperti demikian pula pada tiap tindakan pengalaman dan ucapannya ia adl seorang filosof dan pemikir ulung. Pada suatu ketika ia keluar bersama rombongan tentara yg sewaktu-waktu dapat dikepung oleh musuh. Komandan mengeluarkan perintah agar tidak seorang pun mengembalakan hewan tunggangannya. Tetapi salah seorang anggota pasukan tidak mengetahui larangan tersebut hingga melanggarnya; dan akibatnya ia menerima hukuman yg rupanya lbh besar daripada yg seharusnya atau mungkin tidak usah sama sekali. Miqdad lewat di depan hukuman tersebut yg sedang menangis berteriak-teriak. Ketika ditanyainya ia mengisahkan apa yg telah terjadi. Miqdad meraih tangan orang itu dibawanya kehadapan amir atau komandan lalu dibicarakan dengannya keadaan bawahannya itu hingga akhirnya terungkaplah kesalahan dan kekeliruan amir itu.

Maka kata Miqdad kepadanya “Sekarang suruhlah ia membalas keterlanjuran anda dan berilah ia kesempatan utk melakukan qishash!” Sang amir tunduk dan bersedia.. hanya si terhukum berlapang dada dan memberinya maaf. Penciuman Miqdad mengenai gentingnya suasana dan geagungan agama yg telah memberikan kepada mereka kebesaran ini hingga katanya seakan-akan berdendang “Biar saya mati asal Islam tetap jaya..! Hingga layaklah ia memperoleh kehormatan dari Rasulullah SAW menerima ucapan berikut “Sungguh Allah telah menyuruhku utk mencintaimu dan menyampaikan pesan-Nya padaku bahwa Ia mencintaimu.” Ya Allah bangkitkanlah dari antara kami dan anak-anak cucu kami Miqdad-Miqdad pahlawan pejuang dan pembela agama-Mu amin. Sumber Karakteristik Perihidup Enam Puluh Shahabat Rasulullah Khalid Muh. Khalid Al-IslamPusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

B W A K M E g y p tBagi setiap para Da’i, Muballigh, Ustadz, dan entah siapapun itu, ketika hatinya ada niatan ingin menyerukan kebaikan kepada masyarakat maka hendaklah merujuk kepada Rasulullah Saw. Pendakwah terbesar, dan tauladan terbaik bagi seluruh umat manusia disekalian alam. Petunjuk buat muballigh manapun agar mengenal dengan benar esensi dakwah dalam islam, dan sekaligus supaya mengerti ma’na dari amar ma’ruf dan nahi mungkar yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Karena jika benar-benar memahami jalan dakwah beliau insya Allah, keuntunganya tidak sebatas mampu mengajak orang kearah kebaikan saja, tapi juga lebih meyakinkan siapapun bahwa dakwah Islam selalu pada kebaikan dan disukai. Bukan memaksa apalagi kekerasan.

Pembaca, jika melihat fenomena yang terjadi akhir-akhir ini diseputar dakwah, tidak sedikit kita temukan permasalahan yang cukup mengerutkan kening. Bagi yang mengerti jalan dakwah yang sebenarnya tentu akan menyesali hal ini, dan mungkin bisa menjelaskan maksud sebenarnya. Tapi bagi yang tidak tahu? Tentu mereka akan terombang-ambing karena kebingungan tidak mengerti, mereka akan bertanya-tanya dalam hatinya, “apakah islam memang benar mengajarkan sedemikian?” jika tidak ada yang menjawab maka keraguan akan semangkin menyebar dibenak mereka, bahkan lebih parah lagi bisa jadi mereka meninggalkan kewajaiban syari’at. Na’udzubillah.

Nah pembaca, tulisan ini, meskipun berupa catatan kecil, penulis upayakan menerangkan makna yang sebenarnya mengenai dakwah ditubuh Islam. Tentu maksudnya dakwah yang penuh dengan kelembutan dan kesantunan seperti yang ditauladankan Rasulullah Saw. Itu saja, tapi semoga banyak manfaat.

Pernah, Ustadz. Dr. Ahmah Abu Sa’adah didalam muhadarahnya bercerita, tentang kisah seorang pemuda yang memohon kepada Rasulullah Saw. untuk diizinkan berbuat zina. Pemuda itu, seperti tidak ada rasa malu langsung saja berkata, “Wahai Rasulullah! Izinkanlah aku berzina!” Kontan orang-orang yang ada di sekitarnya menghampiri dan langsung memaki, “Celakalah kau, celakalah kau!” Akan tetapi, beda hal-nya dengan yang dilakukan oleh baginda Rasulullah Saw. Beliau justru mendekati pemuda itu dan malah duduk di sampingnya. Kemudian berbicara kepadanya dengan bahasa yang sangat lembut dan sopan. Rasulullah awali dengan bertanya, “Apakah kau ingin zina itu terjadi pada ibumu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak ya Rasulullah! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka berkatalah Rasulullah, “Begitu pula orang lain. Mereka tidak ingin zina itu terjadi kepada ibu mereka.” Kemudian Rasulullah bertanya lagi, “Apakah kau ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuanmu?”

Si pemuda juga menjawab, “Sekali-kali tidak ya Rasulullah! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka berkatalah Rasulullah, “Begitu pula orang lain. Mereka tidak ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah kau ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan bapakmu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak ya Rasulullah! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka berkatalah Rasulullah, “Begitu pula orang lain. Mereka tidak ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan bapak mereka.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah kau ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan ibumu?” Si pemuda menjawab, “Sekali-kali tidak ya Rasulullah! Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.” Maka berkatalah Rasulullah, “Begitu pula orang lain. Mereka tidak ingin zina itu terjadi pada saudara-saudara perempuan ibu mereka.” Kemudian setelah itu Rasulullah meletakkan telapak tangan beliau kedada pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah! Ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya!”

Pembaca, sekarang mari kita perhatikan atau mungkin silahkan juga kita bandingkan antara dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw. Dengan dakwah yang entah sejak kapan mulai menjamur akhir-akhir ini. Tentunya jauh sangat berbeda, bukan? Disitu, tidak ada sama sekali Rasulullah melarang dengan kekerasan, cacian, makian dan merendahkan, apa lagi mengancam dengan menakut-nakuti.

Justru beliau berupaya menghentikan dengan cara yang sangat akrab dengan bahasa yang juga sangat santun. Tidak hanya itu, Rasulullah juga menggembirakan dia dengan menyentuh dadanya seraya berdoa: “Ya Allah! Ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya!” Begitulah, kalau penulis pikir lagi lucu rasanya. Saat ini semangkin mudah saja orang-orang diajak agar kesana dan kemari, pukul sana dan paksa sini, tapi tidak mengerti dibagian mana saja yang memungkin untuk dipaksa. Seperti lucu juga, yang semua orang mengatakan dirinya Islam, cinta dakwah islam, tapi sedikitpun yang ia lakukan tidak berpedoman kepada Rasulullah. Wallahu a’lam.

oleh : Taufiq Sulaiman Ritonga

B W A K M E g y p t- Suatu ketika Rasulullah dalam sebuah perjalanan , melihat sekelompok musafir berkumpul dan dibelakangnya seorang musafir berteduh dibawah naungan bayang-bayang kelompok teersebut dalam keadaan lemah, letih dan kehausan.

Rasulullah bertanya : ada apa dengannya? Mereka menjawab : ia sedang berpuasa ya Rasulullah”. Rasulullah bersabda “ bukanlah suatu kebaikan, puasa dalam perjalanan”. Diantara alasan orang-orang non muslim tidak mau masuk kedalam islam adalah anggapan bahwa islam adalah agama yang sulit, rumit dan memberatkan. Hal itu bisa saja terjadi karena dalam mengamalkan islam banyak diantara muslim yang terlalu mengekang dan memaksa diri untuk mengerjakan suatu amalan tanpa melihat situasi dan kondisi diri sehingga ia kelihatan menderita karena ibadahnya. Bahkan seringkali sikap “tasyadud” tersebut dipaksakan kepada orang lain.

Inilah yang sering menjadi sumber masalah. Umat lain tidak ingin masuk kedalam islam atau kaau pun ada jumlahnya sedikit. Umat islampun lari dari agamannya sendiri karena menganggap agama ini berat. Dalam riwayat singkat diatas ketika rasulullah berkata “ bukanlah suatu kebaikan berpuasa dalam perjalanan “ hal ini menunjukkan betapa islam sangat perhatian terhadap kemudahan dalam hidup. Bahkan suatu amal yang langsung Allah menghitung dan membalas pahalanya dikatakan beliau bukan suatu hal yang baik ketika dilakukan dalam perjalanan(safar) setelah melihat kondisi sahabat yang berpuasa dan menjadi masalah bagi dirinya. Lebih dalam lagi bisa kita tarik benang merah bahwa “islam mengutamakan kemudahan” bagi pemeluknya. Bukan kesulitan. banyak dalil yang mendukung hal ini diantaranya :
يريدالله بكم اليسرى ولا يريد بكم العسر
Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak ingin menyulitkanmu (albaqarah:185)
Kemudahan dan keringanan yang senantiasa diberikan Allah kepada hambanya karena Allah tau manusia diciptakanNya dengan kondisi lemah sehingga tidak hendak memberikan kesulitan
يريدالله ان يخفف عنكم وخلق الانسان ضعيفا
Allah ingin memberikan keringanan padamu. Dan manusia diciptakan dalam kondisi lemah” ( An nisa : 28 )
Juga ayat lain
ما يريدالله ليجعل عليكم من حرج
Tidak sedikitpun Allah ingin menimpakan kesusahan padamu. ( Al maidah :6 )

Berkaca kepada kepada kehidupan Rasulullah. Sosok teladan yang telah Allah ampuni semua dosa yang telah dan akan ada pada beliau. beliau adalah manusia yang paling pandai bersyukur dan paling tinggi derajatnya disisi Allah, beliau tetap memberikan contoh kepada umatnya tentang betapa kemudahan dalam islam sangat diperhatikan, Aisyah Ra meriwayatkan :
ما خير رسول الله صلى الله عليه وسلم بين امرين الا أخذ ايسرهما ما لم يكن اثما, فاذا كان اثما كان ابعد الناس عنه

Rasulullah tidak diberikan dua pilihan kecuali beliau memilih yang paling mudah diantara keduanya selama hal itu bukan dosa. Tapi jika sudah merupakan dosa maka beliau adalah orang yang paling getol menjauhinya ( HR Bukhari Muslim)

Islam mengajarkan banyak amalan kepada pemeluknya. Mulai dari yang amalan yang paling besar sampai kepada amalah terkecil sekalipun, tetap jadi perhatian. bahkan islam sangat perhatian dengan kondisi manusia yang diciptakan dalam keadaaan lemah. Sehingga ia senantiasa menawarkan kemudahan dalam setiap amalan. Banyak kita perhatikan, shalat misalnya, jika tidak mampu berdiri silahkan shalat duduk. Jika tidak mampu duduk bisa dengan cara berbaring, kedipan mata bahkan denga hati sekalipun. Begitu juga dalam berpuasa, puasa wajib misalnya. Jika tidak mampu berpuasa waktu itu silahkan ganti pada hari lain. Jika masih tidak mampu maka boleh diganti dengan membayar fidyah.

Timbul sebuah pertanyaan “ apakah Allah tidak senang dengan hambanya yang bersungguh-sungguh dalam beribadah atau beramal, sehingga sebagian besar waktunya dimanfaatkan untuk beribadah kepada Allah bahkan disetiap aktifitas ia selalu menghadirkan Allah? Atau apakah Rasulullah tidak mengingikan umatnya menjadi umat yang selalu memaksimalkan amalan dan beramal setiap kesempatan tanpa mengambil kemudahan-kemudahan yang Allah berikan? Pada prinsipnya Allah dan Rasulnya sangat mencintai hamba yang taat kepada Allah dan beribadah dengan kualitas tinggi.

Setiap ada momen amal tak pernah terlwatkan. Bahkan setiap detik berlalu tak pernah kosong dari mengingat Allah. Nabi sendiri secara kualitas pribadi beliau adalah hambaNya yang paling tinggi standar ibadah bahkan standar hidupnya. Itulah kualitas muslim ideal yang tidak semua orang bisa mencapainya. Kemudahan dalam islam bukan berarti umat disuruh untuk mengambil yang mudah-mudah dan meninggalkan hal-hal yang sebenarnya kewajiban dan membutuhkan kesungguhan. Hanya saja umat dipersilahkan untuk memilih yang termudah baginya sehingga tidak memberatkan. Bahkan nabi ketika ditanya oleh salah seorang sahabat perihal bolehkah berpuasa ketika mengadakan perjalanan. Beliau bersabda:
ان شت فصم وان شئت فافطر"
“ jika kamu ingin berpuasa, berpuasalah jika tidak maka berbukalah”
Umar bin Abdul aziz pernah berkata perihal mana yang lebih utama puasa atau tidak ketika dalam perjalanan, ia berkata :
أفضصلهما أيسرهما عليه
“yang termudah baginya itulah yang paling utama”
Disanalah letak istimewanya islam. Memberikan kebebasan untuk memilih asal tidak memberatkan. Islam tidak pernah memaksa pemeluknya untuk melaksanakan sesuatu diluar batas kemampuannya. Islam meberikan pilihan kepada umat untuk memilih yang mudah untuk dilakukan bagi masing-masing individu. Bahkan mengutamakannya daripada amalan2 yang sulit untuk dilakukan walaupun dengan pahala yang besar tetapi memberatkan.

Maka Allah tidak ingin memberatkan hambanya demi kemaslahatan hamba juga. Rasul pun tidak ingin agar umatnya susah dalam beragama. Itulah prinsip islam “ mengutamakan kemudahan diatas kesulitan” Ketika ada tiga orang sahabat, salah seorang berkata “ saya akan shalat sepanjang malam” yang lain berkata “ saya akan akan terus berpuasa sepanjang tahun, dan yang satu lagi berkata “ aku tidak akan menikah selama-lamanya”. Maka Rasulullah marah dan berkata “ kalian mengatakan begini dan begitu “ demi Allah, aku adalah orang yang paling takut kepada Allah diantara kalian. Padahal aku berpuasa dan berbuka. Aku shalat tetapi juga tidur. Aku juga menikah. Siapa yang tidak mengikuti sunahku maka ia bukanlah golonganku (umat)
” يسروا ولا تعسروا بشروا ولا تنفرو ا"
“ demikian nabi kita bersabda.
Syekh Yusuf Qardhawi juga berkata bahwa kebangkitan islam tidak serta merta diraih dengan goresan tinta atau otoritas kepemipinan, masuk parlemen ataupun pemegang kebijakan. Akan tetapi ia bisa diraih dengan proses kesinambungan, berangsur-angsur (tadaruj). Dalam artian bukan mengundur-undur tanggungjawab atau tugas. Tapi meraihnya dengan hal-hal yang tidak memberatkan tapi berkesinambungan. Sehingga ketika kesadaran umat terbangun untuk beragama, maka tanpa ragu lagi islam akan kembali merebut kemenangannya.
09 Desember 2011 Sumber : fiqh aulawiyat karangan syekh yusuf Qardhawi

B W A K M E g y p t- Berangkat dari sebuah hadits yg menjelaskan tentang bagaimana menjadi kunci pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan? Sudah tidak bisa di sanggah dan pungkiri lagi, kalau menjadi kunci pembuka pintu kebaikan merupakan suatu idaman dan angan-angan setiap muslim yg mengharapkan ganjaran dan pahala dari sisi Alloh ta’ala yg terus mengalir walaupun telah terbaring di alam kubur, dan banyak sekali hadits yg menyeru kita untuk selalu berbuat baik yg dg kebaikan itu di ikuti oleh orang setelah kita maka pahala dari kebaikan yg telah kita rintis tersebut akan selalu mengalir sebagaimana sabda Nabi Sallohualaihi wasalam
من دل على خير فله مثل اجر فاعله (رواه مسلم )
Barang siapa yg menunjukkan suatu jalan menuju kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yg mengerjakannya (HR.Muslim).
Dan diriwayatkan sebuah hadits dari Jabir Radliyallaahu 'anhu.
عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( كُلُّ مَعْرُوفٍ صَدَقَةٌ ) أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ
Dari Jabir Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Setiap kebaikan adalah sedekah." Riwayat Bukhari.
Dua hadits di atas bisa menjadi pendorong dan motifasi bagi setiap muslim yang beramal soleh di mana dan kapanpun, karena kebaikan itu akan memberikan dua keuntungan. yang pertama adalah keuntungan dunia berupa hidup dalam kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan dan yg kedua adalah keuntungan akhirat berupa surga yg Alloh janjikan bagi orang-orang yg beriman dan beramal soleh.
Dan perlu di ingat bahwa setiap kebaikan yg di lakukan oleh siap muslim adalah kembalinya kepada diri mereka masing-masing dan sebaliknya keburukan yg di perbuat pun akan kembali pada diri masing-masing, dan ingatlah bahwa hidup didunia hanya sekali, dunia adalah tempat ujian dan cobaan, dunia adalah ladang mencari bekal untuk kehidupan yg nan abadi dan kekal yaitu akhirat. Pada kesempatan ini saya ingin membahas sebuah hadits nabi yg berkaitan dengan “bagaimana menjadi kunci pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan?” dan judul ini di ambil bersesuaian dengan hadist yg di riwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas Bin Malik Radliyallaahu 'anhu:
عن انس بن مالك رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : انّ من الناس ناسا مفاتح للخير ومغالق للسر وانّ من الناس ناسا مفاتح للسر ومغالق للخير, فتوبى لمن جعل الله مفتاح الخير فى يده وويل لمن جعل الله مفتاح السر فى يده (رواه ابن ماجه )
Dari Anas Bin Malik RA berkata: bahwa Rasululloh bersabda “ Sesungguhnya diantara manusia ada orang yg menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan, dan diantara manusia pula ada yang menjadi pembuka pintu-pintu keburukan dan penutup pintu-pintu kebaikan maka berbahagialah bagi siapa yg Alloh jadikan sebagai kunci pembuka pintu2 kebaikan ada di tangannya dan celakalah orang yg Alloh jadikan kunci pembuka pintu keburukan di tangannya,(HR, Ibnu Majah)
Ini meruapakan satu hadits yg sangat bagus untuk dipahami dan ditelaah makna yg terkandung didalamnya, betapa tidak setiap orang berangan-angan agar menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan, dan penutup pintu keburukan, karna setiap insane mencintai kebaikan, siapakah di antara kita yg tidak suka kebaikan? Untuk meraih angan-angan tersebut, kita tidak bisa hanya berpangku tangan dan berharap setiap kebaikan mampir dan singgah di hadapan kita, Alloh ta’ala mengajar kita untuk bergerak dan berusaha, Alloh mengarunia manusia otak dan pikiran untuk memilih dan memilah mana yg terbaik bagi kehidupan seorang hamba di dunia dan akhirat, untuk membedakan antara yg hak dan batil, baik dan buruk, kebaikan dan keburukan yg di perbuat oleh seorang hamba adalah untuknya, jika mengharapkan surganya dan maka berbuatlah hal-hal yg menunjukkan kejalan setiap tujuan Alloh ciptakan jalannya masing-masing, semuanya itu telah tertera dalam ajaran agama ini.
maka begitu juga halnya dg kebaikan maka untuk menjadi kunci pembuka pintu-pintu kebaikan tidak hanya sebatas hayalan belaka melainkan harus didasari dg usaha yg keras dan mujahadah, dan dengan menempuh koridor-koridor yg telah di gariskan oleh agama islam ini berupa Al-Quran dan Assunnah. Kemudian di antara Nama-nama Alloh Ta’ala adalah AL-FATTAH (yg maha pembuka atau maha pemberi keputusan) dan nama ini terdapat dua ayat dalam Surat Al-Quran yaitu diantaranya doa Nabi Syuaib Alaihissalam yang berbunyi :
...ربنا افتح بيننا وبين قومنا بالحق وانت خير الفاتحين (الاعراف : 89 )
Ya Tuhan kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (Al-A’raf : 89)
Dan yg lainnya terdapat dlm surat Saba’ ayat 26 yg berbunyi :
قل يجمع بيننا ربنا ثم يفتح بيننا بالحق وهو الفتاح العليم (سباء : 26 )
Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui.(Saba’ : 26)
Dua ayat di atas menyebutkan diantara nama-nama Alloh yg baik tersebut adalah AL-FATTAH yaitu yg maha pembuka atau yg maha pemberi keputusan.. Hal-hal pendorong untuk menggapai apa yg di sebut dengan pembuka (kunci ) pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan terdapat beberapa poin diantaranya

Jika Alloh ta’ala mencintai suatu hamba maka Alloh akan menganugrahkan akhlak yg mulia, Ilmu yg bermanfaat dan amal sholeh baginya. Mari belajar dan becermin dari sejarah para salafussolih, yg mana kegigihan dan mujahadahnya untuk menggapai kecintaan alloh tiada henti hatta kematian menjemputnya, dan dari hasil jerih payah yg mereka lakukan bisa dinikmati oleh kaum muslimin pada zaman ini, apa yg mendorong mereka untuk berbuat sedemikian? Tiada lain karna mereka benar-benar yakin akan janji Alloh berupa kebahagianan diakhirat yaitu surga.
Mentauhidkan Alloh dan mengikhlaskan ibadah hanya kepadanya. Alloh tidak menciptakan manusia melainkan untuk beribadah kepada Alloh sebagaimana firman Alloh yg berbunyi :
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون ( اللذاريات : 56 )
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku. (Az-zariyaat :56)
Belajar ilmu yg bermanfaat yg bersumber dari Al-quran dan assunnah. Manfaat dari belajar ilmu agama adalah untuk membedakan antara yg hak dan yg batil, sebuah pepatah arab mengatakan :
كيف يتقى من لا يدرى ما يتقى
(bagaimana seseorang bisa menghindar dari sesuatu yg dia tidak tahu apa yg dihindari)
Doa adalah pintu segala kebaikan. Seorang salaf berkata : aku melihat hal-hal yg mendatangkan kebaikan, dan kebaikan itu sangatlah banyak, namun aku dapati bahwa seluruh kebaikan itu di tangan Alloh ta’ala dan aku yakin bahwa doa merupakan kunci segala kebaikan. Tidak mungkin kita bisa sholat, haji,puasa dan sadaqah kalau bukan taufiq dari Alloh ta’ala sebagaimana sabda rasul :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : والله لو لله ما اهتدينا ولا صمنا ولا صلينا .
Rasul bersabda ketika perang ahzab : Demi Alloh, kalau bukan karna Alloh, kami tidak ditunjuki, tidak puasa dan tidak sholat. Usaha tampa doa adalah sombong dan doa tampa usaha adalah bohong,
Berusaha menjauhi tempat-tempat timbulnya fitnah dan maksiat. Dan di antara langkah-langkah untuk sukses menjadi kunci kebaikan adalah berusaha sekuat tenaga untuk tidak mendatangi atau menjauhi tempat-tempat timbulnya fitnah dan maksiat, oleh sebab itu kenalilah fitnah dan maksiat tersebut agar bisa mewaspadainya,
عرفت الشر لا للشر ولكن لتوقّيه ومن لا يعرف الشر من الخير وقع فيه
Aku mengetahi keburukan bukan untuk keburukan akan tetapi untuk menghindarinya, barang siapa tidak mengenal keburukan dari kebaikan maka terjerumuslah ia didalamnya.
Menjauhi syubhat. Subhat merupakan perkara yg samar-samar, dan seseorang bisa terjerumus kedalamnya kapan saja tanpa disadari,maka sebagai tameng dlm melawan syubhat tersebut adalah dg menuntut ilmu.
Berusaha bersikap lemah lembut dlm segala urusan.
Berlomba-lomba melakukan kebaikan.
Ingatlah bahwa amal ibadah kita akan di perlihatkan diakhirat.
Bersahabat dg orang-orang yg sholeh.
Penutup Setiap orang mempunya potensi untuk menjadi kunci pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan, usaha dan kemaunlah yg menentukan hasil akhirnya dan yg mendorong orang untuk gigih beramal soleh adalah dorongan iman didalam hati, oleh karena itu semakin tinggi iman seseorang maka semakin taat pula dlm ibadah, semoga alloh menjadikan kita di antara orang yg menjadi kunci pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan.
حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير والله تعالى اعلم بالصواب والحمد لله رب العالمين

B W A K M E g y p t-
Memahami konsep kesalehan tidak bisa lepas dari namanya pendidikan, dan pendidikan yang baik di zaman sekarang adalah pendidikan akhlak, karena akhlak yang akan menentukan arah kehidupan manusia bisa terkontrol; baik dari segi intraksi sosial atau pun intraksi bersama Tuhan. Dalam Islam, konsep kesalehan ini telah menjadi inti pengantar nabi Muhammad saat diutus Allah menyebarkan agama Islam ke masyarakat Arab-Quraish.
Hadist yang sering digunakan untuk menguatkan pendapat tentang akhlak berbunyi
“ sesengguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak “ .
Akhlak yang menjadi sorotan Nabi pada masa itu adalah problem paling utama yang harus dibenahi, sebelum beralih kemasalah hukum-hukum yang besifat yurispuden. Pembenahan masalah akhlak ini dikuatkan Allah melalui firmannya yang disampaikan oleh malaikat Jibril; guna menenangkan jiwa Nabi saat problem yang dihadapi tidak kelar-kelar. Akhirnya Nabi menjadikan firman Allah itu menjadi landasan utama dalam menentukan sebuah putusan; Firman Allah ini berupa kitab suci al-Qur’an.

Al-Qur’an, dari masa ke masa tetap kukuh sebagai sumber utama dalam pemutusan sebuah hukum. Posisinya sangat sentral, sehingga meninggalkan al-Qur’an seperti membunuh diri sendiri. Dalam sejarahnya, Nabi tidak berani memutuskan atau menjawab pertanyaan sebelum turun wahyu; dalam hal ini berupa al-Qur’an. Sehingga beliau merasa resah ketika wahyu tidak turun-turun kepadanya saat ada penduduk Quraish bertanya kepada Nabi tentang suatu hal, baik masalah akidah, kiamat, sosial dan lain-lainnya. Penegasan untuk penggunaan al-Qur’an sebagai sumber tercermin juga dalam sabdanya saat beliau mau wafat.
Dalam perkembangannya; yakni perkembangan masa, zaman, pemeluk, dan segala jenis kekuasaan yang masih berkaitan dengan Islam, al-Qur’an menjadi pegangan paling utama dalam memberikan dan menjelaskan sebuah hukum, jika hukum yang dicari belum didapat, barulah para ulama berganti menggunakan hadist, jika di hadist juga tidak dapat, para ulama menggunakan ijma’ dan ijtihad. Dan selanjutnya, ijtihad ini mempunyai macam perkembangan, ada yang menerjemahkan sebagai qiyas, istihsan, istishab, mashalih mursalah dan lain-lainnya. Konsep yang terus berkembang dalam menentukan hukum ini tetap menjadikan al-Qur’an sebagai sumber teks paling primer.

Hasil penerjemahan dari teks primer ini dikonsepkan menjadi kaidah feqih, maqosid syarih, ilmu tafsir, dan ilmu-ilmu Islam lainnya. Tujuan yang terumuskan dari konsep ini adalah menjaga pemahaman al-Qur’an dari pemahaman salah serta memberi petunjuk kepada manusia disegala masalahnya, Atau kata lain kesalehan dan kesadaran untuk membentuk karaktek manusia yang bisa bertanggung jawab dan berakhlak baik, seperti akhlak al-Qur’an. Dari gambaran konsep otoritas ini, sebagai fungsi prolog dan penjembatan ke dalam esensi maksud dari terciptanya kesalehan dari otoritas kalam ilahi, semoga bisa benar-benar menvisualisasikan pembaca ke arah penulis yang ingin bidik. Yakni, manusia dengan segala kelemahannya tidak membuatnya sombong dengan mengatakan bahwa segala kenikmatan yang telah ia dapat adalah dari usahanya, tetapi semua itu adalah pemberian Allah. Jika ia masih bersikeras mengakui sebagai usahanya, ia termasuk orang yang telah melanggar pesan ilahi.

LAHIRNYA OTORITAS TUHAN

Allah telah berfirman di dalam kitab sucinya al-Qur’an sebagai dzat yang menjaga keorisinilan al-Qur’an. Di sana di sebutkan dhomir انا dan نحن yang penulis artikan sebagai proses penjagaan Allah lewat hamba-hambanya yang soleh, dalam artian, pernyataan ini tidak keluar dari konteks-konteks yang telah ditafsirkan oleh para ulama salaf pada masa dahulu. Pernyataan yang dilakukan penulis ini hanya berfungsi sebagai penekanan bahwa Allah benar-benar menjaga al-Qur’an dari perubahan-perubahan lafadz, cara baca, kalimat, dari orang yang mempunyai niat jahat ke sana. Hal ini menjadi sorotan utama, karena dalam sejarah al-Kitab (baca : kitab-kitab nabi masa dahulu) selalu diubah isi dan tulisannya oleh para ulama yang hidup pada eranya, sehingga kitab yang sampai pada era selanjutnya tidak orisinil lagi. Dan jika ada yang masih orisinil, itu tidak banyak, hanya beberapa saja bagi mereka yang tetap taat pada ajaran agama. Otoritas ini dikhususkan untuk al-Qur’an karena kitab-kitab dahulu sudah pernah diamanatkan kepada para rahib atau ulama tapi amanat ini diselewengkan dengan mengganti ayat-ayat yang sudah dipahami dengan sesuatu yang bersifat pribadi. Ini terbuti kehadiran kitab Talmud bertentangan banyak dengan nilai-nilai al-Qur’an yang sifatnya merangkum segala esensi kitab-kitab Allah yang telah diberikan kepada nabi masa dulu. Begitu juga kitab injil, baik perjanjian lama maupun baru, banyak mempunyai redaksi berbeda, dan maksud berbeda dari injil-injil perbedaan cetakan mempunyai perbedaan arti tapi hal ini tidak ada di al-Qur’an. Sehingga ketika ada perdebatan antara kitab injil dengan al-Qur’an, banyak argumentasi dari injil mempunyai kelemahan.
Ini bukan bermaksud memihak atau fanatisme, tapi mencoba menilai perdebatan yang sedang terjadi, seperti yang dilakukan oleh DR. Dzakir naik dengan DR. William Cambel yang kedudukannya sama-sama seorang cendekiwan, dokter, dan orang yang taat agama. Meskipun dalam perdebatan di sana, tidak disebutkan kesimpulan siapa yang kalah dan menang, karena sifat diskusi di sini, menurut penulis sebagai pembuktian kepada publik kedahsyatan al-Qur’an; ia tetap bisa hadir sebagai mukjizat abad 21, meski turun di masa sebelum modern dan kuno. Kesalehan yang terjadi ini, adalah wujud kesalehan nabi Muhammad dan para umat-umatnya, khususnya para sahabatnya, karena di masa para sahabat, al-Qur’an bisa berwujud mushaf dan rapi.

Sehingga umat Islam setelah masa sahabat bisa menikamti al-Qur’an dan mempelajarinya sampai bisa membuahkan metodologi yang berupa ilmu tafsir, qiraat, nahwu dan ilmu-ilmu Islam lainya. Dari sini bisa ditarik sedikit benang merah tentang eksistensi al-Qur’an sebagai wujud kesalehan adalah berupa ikhlasnya para ulama Islam menyalin dan menghafalkan al-Qur’an sampai meresap ke dalam tulang belulang. Maka tak heran, jika ulama pada masa dahulu sangat begitu mengusai isi dan kandungan al-Qur’an karena langsung mempraktekan apa yang mereka pahami dari al-Qur’an dengan tujuan agar merak tidak lupa.

Metode yang dipakai cukup sederhana sekali, menghafalkan sedikit demi sedikit dan terus mengulang-ulangnya sampai terasa benar-benar memahami. Kemudian baru beralih ke ayat yang lainya. Ini bisa kita lihat dari hadist yang diriwayatkan oleh Abdurrohman Salmy bahwasannya Rosul menyuruh para sahabatnya untuk mengulang-ulang ayat al-Qur’an sepuluh ayat sepuluh ayat sampai mereka benar-benar menguasai, baru kemudian melanjutkan ayat seterusnya. Tradisi menghafal seperti ini juga diwariskan ke pada para tabiin, meskipun pada masa ini banyak juga perubahan atau konspirasi politik yang mempengaruhi.

Tapi hal itu bisa diatasi dengan tetap lahirnya para mufasir handal seperti mujahid, dan Ibnu Katsir atau lain-lainnya. Dan untuk Penggeseran tentang keahlian dalam penfsiran mulai terlihat lemah atau tepatnya kurang sesuai konteks di masa pusat pemerintahan sering berpindah dari tempat satu ketempat lainnya, sehingga pusat keilmuan otomatis berpindah pula. Sehingga yang harus disadari di sini, selain tercampurnya orang asing dengan orang Arab, peran pemerintah sangat berpengaruh sekali, karena pemerintah mempunyai kekayaan untuk membiyayai penilitian-penilitian di sedang lakukan. Jika pusat pemerintah pindah, maka dipusat pemerintah awal menjadi sepi, orang-orang yang berkunjung ke sana juga sepi. Meskipun proteksi keorisinilan al-Qur’an telah dilakukan, masih ada juga pihak-pihak yang menuduh bahwa al-Qur’an telah mengalami perubahan. Pihak ini ada dua tipe, pertama ,dari pihak Islam sendiri yang menganggap bahwa mushaf mereka adalah mushaf yang paling benar, kedua, pihak non-Islam yang mengatakan bahwa kitab al-Qur’an sekarang tidaklah sama seperti al-Qur’an pada masa nabi Muhammad, ada juga yang mengatakan al-Qur’an mempunyai banyak pertentangan karena ada tujuh bacaan yang berbeda, serta subhat-subahat lainnya. Dengan tegas, perubahan di dalam al-Qur’an dibantah oleh al-alamah Muhammad Zakkyiuddin sanadi dalam kitabnya Tanwir al-adhan fi al-Raddi ala muddaiy tahrifi al-Qur’an, bahwa al-Qur’an tidak mempunyai perubahan apapun baik dari segi apapun.

Begitu juga yang dilakukan Dr. Muhammad Abdullah diraz dalam kitabnya madkhol fi ulum al-Qur’an al-karim, bantahan yang dilakukan dengan menjelaskan pendapat-pendapat orang luar sebagai saksi bahwa al-Qur’an tidak mengalami perubahan. Dari tuduhan-tuduhan yang terjadi semacam, al-Qur’an tetap saja tampil perkasa bahwa di dalamnya tidak ada perubahan apapun. Meskipun penilitian dari barat menggunakan bermacam-macam pendekatan, baik dengan cara pendekatan arkelolgi, yaitu dengan mengumpulkan tulisan arab kuno kemudian dicocokkan dengan wujud al-Qur’an sekarang, ada juga dengan mendalami al-Qur’an itu sendiri dengan menghafalkannya, ada juga menggunakan antropolgi, yaitu dengan menonjolkan salah satu sahabat sebagai pelaku yang melakukan perubahan la-Qur’an, seperti sahabat Usman bin Affan dan masih banyak lainnya.

FUNGSI OTORITAS DI DALAM EKSISTENSINYA

Di sub judul pertama, penulis telah menuliskan sebab kelahiran otoritas dari Allah, karena kitab-kitab suci yang telah diamanatkan kepada para ulama setelah para nabi Allah wafat telah banyak di ubah sesuai kehendak masing-masing, ini yang menurut penulis penyebab otoritas penjagaan dari Allah itu muncul. Meskipun dalam prakteknya, penjagaan dilakukan oleh para orang soleh, hanya hakikinya, pelaku sejati adalah Allah sendiri, mereka hanya sebagai pengantar.
Setelah Allah memberikan pernyataan bahwa diri-nya (baca : dzatnya) yang menjaga sendiri al-Qur’an, bagi orang beriman itu bisa menjadi sumber motivasi untuk segala hal, tapi untuk orang tidak beriman, ini bisa menjadi bukti bahwa al-Qur’an buatan nabi Muhammad. Dan akhirnya, fungsi statemen kalam Allah di atas adalah memberi kesadaran kita bahwa kita tidak akan mampu menjaga al-Qur’an dari perubahan tanpa-Nya. Dan perintah yang tersirat terbaca adalah kita bisa menjalankan perintah-perintah agama sesuai petunjuk-petunjuk yang telah dituliskan di dalam al-Qur’an.

Untuk itu, kita perlu heran, kenapa di dalam al-Qur’an banyak pertanyaan, afala ya’qilun? Atau cerita-cerita yang mengingatkan prilaku yang melampui batas dari orang-orang dahulu untuk kita renungkan dan kita jauhi agar bisa menjadi orang yang benar-benar adil yang bertanggung jawab; selain kita mempunyai iman dan Islam. Dalam sisi lain, fungsi otoritas Allah dalam penjagaan, secara politis menciutkan nyali penguasa-penguasa materi untuk merubah al-Qur’an, meskipun hal ini penulis tidak pernah mendengarnya, barangkali hal ini pernah terjadi, ataupun tidak, penjagaan Allah benar-benar menunjukkan tantangan bagi orang-orang yang kurang yakin dan para penguasa. Untuk lebih mendekatkan fungsi ini, logikanya adalah seorang pengarang buku dan penerbit mempunyai hak untuk menuntut orang-orang malgiat tulisannya, apabila pemalgiat benar-benar melakukan tindakan dilarang itu, maka ia mendapat hukuman denda atau semacamnya. Ini fungsi dalam tatanan sosial, apalagi berkenaan dengan kitab suci agama, siksa adalah ancamannya.
Meskipun logika qiyas syahid ala gaib seperti ini banyak ditentang, tapi cara ini untuk memahamkan fungsi otoritas sepenuhnya dari Allah. Epilog Dalam setiap kasus, banyak tersangka menutup mata untuk menenangkan dirinya agar bisa rileks, santai, dan enjoy walaupun itu hari terakhirnya. Serta bisa meng-ikhlaskan dirinya untuk menerima segala keadaan yang ada. Manusia bisa selalu menciptakan usaha yang maksimal, tapi akhir usaha tersebut ada di kekuasaan Allah atau bisa diterjemahkan takdir. Agar kekecewaan tidak menjadi umpan balik dari usaha yang serius, al-Qur’an menuntun manusia ke jalan yang terbuka, lapang, dan lurus.

Telah banyak ujian-ujian untuk kemu’jizatan al-Qur’an tapi al-Qur’an tetaplah yang paling unggul. Di sana otoritas Allah sebagai penjaga sangat central sekali, ini ketara dengan lahirnya metodologi ilmu untuk memahami al-Qur’an, sehingga mereka yang berhasil memahami pasti telah mempunyai bekal akhlak, iman, dan ilmu yang sungguh dipraktekkan dalam dunia nyata. Untuk membuatnya menjadi untuh, al-Qur’an sebagai obat segala macam penyakit dan transportasi segalam macam keinginan, hadir dalam bingkai kebutuhan yang dulu, sekarang dan nanti. Di sana terdapat dua tipe penjelasan, bahasa dan konsepsi. Agar manusia bisa benar-benar mencapai titik nol keutuhan itu, kesalehan adalah syarat mutlak manusia untuk menggapainya. Maka bisa atau tidak bisa, kesalehan menjadi modal utama untuk menempuh segala kebahagian dunia maupun akhirat.

Oleh : Nashifudin Lutfi

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.