Filsafat Materialisme Abad 21 Dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan Masa Kini

Filsafat Materialisme Abad 21 dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Masa Kini
oleh: Juli Asmardi

Bagian 2
Pada tulisan sebelumya, kita telah membahas tentang apa itu filafat? Sekarang kita akan membahas apa itu filsafat materialisme? Apakah kita terkena dampak materialisme ini atau tidak? Ada beberapa ciri umum tentang filsafat materialisme yang akan kita paparkan.

Pertama, ciri umum filsafat materialisme itu adalah pemikiran filosofi yang mengandalkan materi sebagai asal usul segala sesuatu dan mengingkari segala bentuk referensi kehidupan yang bersifat transenden[1]. Transenden adalah sesuatu bentuk pemikiran yang diluar dari pemahaman materi itu sendiri, yang jauh dari pemahaman materi itu sendiri. Bayangkan sebuah batu yang sudah jelas berbentuk materi, batu itu punya masa jenis yaitu punya ukuran berat, punya bentuk, kemudian jika digerakan dia bisa bergerak, semua itu adalah sifat-sifat batu. Dalam ilmu fisika seperti hukum newton, semua benda itu dalam keadaan bergerak pada garis lurus sampai ia berhenti ketika ada yang menghentikannya, gerak itu berasal dari dirinya sendiri. Kalau begitu, materi punya kapasitas tersendiri untuk bergerak. Karena untuk memahami materi, tidak perlu bertanya kepada yang lain tapi tanya kepada dia sendiri. Tanyalah kepada si batu, lihat batu itu sendiri, jangan tanya kepada yang lain. Artinya  segala sebab akibat itu jangan tanya diluar tapi tanya kepada dia itu sendiri.

Sifat-sifat materi ini dikembangkan oleh para filosofi yang materialistis untuk menilai segala sesuatu. Mereka melihat alam kemudian menilainya, alam ini berasal dari mana? Kalau berfikir kepada sifat materi, mereka akan menyatakan bahwa alam ini tercipta dengan sendirinya. Mereka tidak perlu bertanya tentang pemahaman diluar alam, hanya berfikir yang ada didalam alam saja. Seperti adakah tuhan yang menciptakan? Mereka tidak perlu pertanyaan seperti itu, karena jika tuhan itu bagian dari alam maka mereka akan menyatakan tuhan itu ada. Tetapi jika tuhan itu bukan bagian dari alam ini, diluar dari alam (selain alam) maka itu bukan tuhan. Oleh karena itu, materialisme mengingkari adanya tuhan.

Mengapa bisa demikian? Karena kalau pemahaman tuhan itu diluar materi dan tidak sama dengan alam itu berarti bukan tuhan (tidak ada tuhan), tetapi kalau pemahaman tuhan itu sama dengan alam berarti kemungkinan tuhan itu ada. Maka nanti masuklah kedalam pemahaman wahdatul wujud dan lain sebagainya, hal ini sangat berbahaya sekali bila dipahami oleh orang-orang awam (orang biasa). Wahdatul wujud adalah salah satu bagian dari materialisme dan juga banyak di pertengkarkan oleh banyak orang, karena memahami tuhan sama dengan alam. Semua agama syirik itu pemahamannya adalah materialisme, tidak bisa memahami tuhan kecuali dalam lingkup alam ini, harus mempunyai bentuk seperti manusia.

Wujud alam yang kita lihat ini,seperti manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan yang merupakan wujud hidup, tidak perlu tanya keluar karena semuanya adalah bagian dari materi itu sendiri dan dia ada dengan sendirinya. Kalau begitu sama halnya dengan azaliyun qodimun (kekal yang tidak mempunyai awal dan akhir), karena jika alam ini haditsun (berubah-rubah) berarti butuh kepada yang menciptakan, siapa yang menciptakannya? Sudahlah, tidak perlu bertanya tentang itu, singkatnya sudah seperti ini adanya. Jadi, orang ketika dalam berbicara tidak mau panjang lebar, hanya melihat kepada yang telah ada saja, ini jenis orang yang mempunyai pemikiran materialisme. Misalnya, ada seseorang yang bawa makanan, ia akan langsung memakan saja tanpa pikir panjang, tanpa  mengetahui dari mana, dari siapa, halal atau haram, selalu ingin yang mudah-mudah saja. Pemikiran pendek seperti ini adalah jenis orang yang bersifat materialisme, jadi hukum kausalitas[2] menurut orang itu adalah pendek saja dan hanya sebatas apa yang mereka lihat saja. Tidak ada istilah ilatul ula, primakausa, atau inti yang sebenarnya, mereka tidak mau melihat semua itu. Inilah ciri pertama filsafat materialisme.

Sedangkan ciri materialisme secara umum yang kedua adalah tidak mau mengakui adanya akhlak, etika, dan nilai. Contohnya, nilai itu bisa dilihat seperti berbuat baik dalam membantu teman. Mereka akan bertanya, apakah yang seperti itu baik? Siapa yang bilang kalau itu baik? Apa itu baik? Apakah bentuknya bisa ditimbang? Berapa ukurannya? Bagaimana kondisinya? Kata-kata “baik” selalu digunakan semua orang, tapi ketika ditanya malah diam. Ketika nanti ada yang menjawab, ”hidup ini harus berbuat baik”, akan terjadi dialog yang lebih mengedepankan ego mereka sendiri, baik menurut siapa? Menurut kamu? Tidak, tapi baik menurut Al-Qur`an. Berarti kamu memakai Al-Qur`an, Al-Qur`an itu dari mana? Al-Qur`an itu dari tuhan. Tuhan kamu itu dari mana? Apakah tuhan kamu itu bagian dari alam ini? Bukan, Tuhan saya bukan dari bagian alam ini. Oh kalau begitu, ”baik” menurut kamu itu tidak bisa dipakai. Baik menurut mereka materialisme itu baik yang bisa dirasakan oleh indera saja. Seperti bisa mengenyangkan, bisa dilihat keindahannya. Baik itu dikemas dalam bentuk sesuatu yang inderawi, sifatnya pada, bisa dilihat dan dirasa. Kalau orang memandang pengertian ”baik” hanya dari sisi inderanya saja, orang seperti ini adalah ciri orang yang tidak mempunyai akhlak, orang yang tidak bisa menilai berarti dia itu materi. Baik itu kalau hanya menguntungkan punya uang dan menghasilkan kemaslahatannya dirinya saja, bisa dirasakan secara langsung, berarti dia ini orangnya materialis. Tapi kalau melihat konsep agama, punya referensi, berfikir diluar materi, konsep baik seperti ini tidak bisa dipakai. Wallahu a’lam

Bersambung…

Lanjutannya insyaAllah di tulisan saya selanjutnya… “Filsafat Materialisme Abad 21 dan Pengaruh Dalam Kehidupan Masa Kini, bagian 3”.



[1]Lihat artinya lengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Trasendendan lihat juga KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
[2]Lihat artinya lengkapnya di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kausalitasdan lihat juga KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Label:
[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.