Makna Hidup

Makna Hidup
oleh: Ahmad Ardy Nugroho
Dalam sebuah hadits diriwayatkan “Dari Ibnu Umar radhiyallahu‘anhuma dia berkata; suatu  ketika rasulullah shallallhu‘alaihiwasallam pernah menepuk pundakku seraya berkata; “hiduplah/jadilah engkau di dunia seperti orang asing, atau seorang yang sedang dalam perjalanan”
Dari hadits ini dapat kita pahami bersama bahwa Rasulullah shallaallahu’alaihiwasallam memberikan sebuah filosofi kepada kita bahwa pada hakikatnya kehidupan ini adalah sebuah perjalanan. Dan posisi kita adalah sebagai seorang musafir.
Seorang musafir yang sedang berada dalam perjalanan, tentu ada tempat yang menjadi tujuan dari kepergiannya. Seorang musafir yang tidak mempunyai tujuan dari kepergiannya, tentu dia tidak akan pernah sampai karena tidak ada tempat yang dituju. Berbeda halnya dengan seorang musafir yang memiliki tujuan, Sejauh apapun perjalanan yang akan ia tempuh dan dengan apapun kendaraannya dia pasti akan sampai ketempat, walaupun dengan berjalan kaki sekalipun. Karena ia sudah memiliki tempat tujuan. Orang yang sudah memilki tujuan, maka ia akan tau mana jalan yang harus ia tempuh.
Begitu juga dalam hidup ini , sudah tentu dan pasti memiliki tujuan yang kongkrit. kita semua bahkan semua manusia yang ada dan pernah diberi kesempatan hidup dimuka bumi ini diciptakan dengan satu tujuan mulia. Allah menciptakan semua ini tidaklah sia-sia belaka.  Berbicara tentang tujuan begitu sangat sederhana karena segala sesuatu memiliki tujuan. Tapi dalam perjalanan hidup tentu banyak faktor yang melenakan sehingga kita lupa bahkan tersesat tidak tau jalan dan tujuan utama. 
Seseorang yang lupa atupun tidak tau tujuan hidupnya tidak akan pernah tau betapa berhrganya nilai hidupnya. Hidupnya akan terasa nestapa walau terlihat nampak bahagia. Seperti seorang musafir yang tak tau mana jalan yang harus ditempuh. Begitu pula dia, tidak tau mana jalan hidup yang seharusnya dipilih. Lalu apa tujuan dari penciptaan manusia dimuka bumi ini?
Allah ta’ala berfirman dalam al-qur’an surat adz-dzariyat ayat 56 ;
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
Dari ayat mulia diatas dapat kita ketahui bahwasanya penciptaan kita di dunia ini mempunyai tujuan yang mulia pula, tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah semata. Inilah sesungguhnya inti dari hidup kita ini. Mengapa demikian? Karena sadar atau pun tidak kita semua bahkan semua manusia ini pasti akan kembali kepada Allah. Baik muslim maupun non muslim. Karena itulah jika ada orang yang meninggal dunia kita di anjurkan untuk kalimat istirja’ yang berbunyi “innalillahi wa inna ilaihi roji’un” kita semua ini milik Allah dan kepada-Nya pula kita akan kembali.
Dan jangan kita persempit persepsi atau pikiran kita bahwa ibadah itu hanya terbatas pada sholat, puasa, zakat dan haji saja. Dalam kitab ushulus tsalasah disebutkan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:
العبادة : إسم جامع لكل ما يحبه الله و يرضاه من الأقوال ولأعمال الظاهرة والباطن
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan definisi/pengertian umum tentang ibadah bahwasannya ibadah adalah segala sesuatu yang meliputi semua ucapan, dan tindakan yang dicintai dan diridhai oleh Allah baik yang lahir maupun batin.
Dapat kita pahami bahwasannya makna ibadah luas cangkupannya. Bukankah dalam hadits disebutkan bahwa senyum adalah sedekah?. Menyingkirkan sesuatu yang mengganggu dari jalan juga sedekah. Kita melakukan kebaikan, itupun bernilai ibadah. Bukankah dalam islam Segala aspek kehidupan manusia  sejak ia bangun tidur sampai tertidur lagi sudah ada dan terkonsep dengan baik? Hal inilah yang menunjukan bahwa islam selaras dengan tujuan penciptaan manusia. betapa indahnya islam karena semua aspek kehidupan manusia telah diatur didalamnya. Sehingga semua sisi hidupnya bisa bernilai ibadah. Dan mempunyai nilai pula di sisi Allah ta’ala. dengan begitu jika ada seorang suami pergi dari rumahnya dengan bertujuan mencari nafkah, maka kepergiannya pun bernilai ibadah, karena nikah adalah ibadah. Menyempurnakan separuh agama. Dan islam mewajibkan bagi setiap suami atau kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga anak dan istrinya. Jika ada seorang pemuda yang pergi belajar dan menuntut ilmu, maka itu pun bernilai ibadah karena islam mengajarkan bagi pemeluknya untuk senantiasa menuntut ilmu dan menambah pengetahuan. Jika ada seorang pedagang yang pergi untuk berjual beli dipasar dan ia melakukan transaksi tanpa  riba ataupun menzalimi orang lain, maka jual belinya pun bisa bernilai ibadah. Begitulah betapa indahnya islam.
Sampai-sampai karena urgennya Allah mengutus para Rasul yang ada dimuka bumi. Ejak nabis Nuh sampai nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasalam. Disebutkan dalam alqur’an 25 nabi dan Rasul, belum lagi yang tidak sebut, ada ratusan ribu. Inilah tugas para rasul yang Allah utus kepada umat manusia
Tapi pada realitanya, banyak orang yang lupa bahkan tidak tau apa tujuan hidup meraka. Kita lihat kondisi sosial masyarakat kita, generasi muda bangsa kita seperti tidak memiliki tujuan dan arah hidup. Dimana-mana berbagai macam tempat hiburan selalu ramai tak pernah sepi dari pengunjung. Dari mulai tingkat desa seperti dangdut koplo dsbg sampai tingkat elit seperti bar atau diskotik. Bahkan mereka rela biaya yang tidak sedikit. Lebih parah lagi jika kita melihat kondisi generasi muda kita yang sungguh sangat miris. Mulai dari narkoba, free sex, free love dsbg. Sebenarnya yang mereka cari dari ini semua adlah hanya sebatas kesenangan sesaat belaka. Dan Salah satu faktor nya adalah ketidaktahuan meraka akan arah dan tujuan hidup. Sehingga tidak tau bahwa kebahagiaan hakiki itu bukan pada hal-hal yang demikian.
Mari kita bersama-sama gunakan kesempatan hidup yang masih ada ini untuk selalu memperbaharui niat. Memperbaharui niat hidup kita ini. Mari kita niatkan hidup ini hanya untuk beribadah kepada Allah semata. Sehingga setiap detik yang kita jalani, setiap desahan nafas, dan setiap detak jantung kita ini bernilai dan lebih bermakana. Karena Kita hidup di dunia ini hanya sekali, oleh karena mari kita bersama-sama menjadikan kesempatan hidup yang Cuma sekali ini menjadi lebih berarti.
Seekor ikan akan tetap meraskan kebahagiaan jika ia tetap ridha pada fitrahnya yaitu untuk hidup di air. Dia akan mati dan jiwanya tidak akan selamat jika sampai mencari kehidupan selain didalam air. Seekor Cacing pun demikian ia akan tetap merasakan kebahagian jika ia tetap pada fitrahnya yaitu untuk hidup didalam gelapnya tanah. Ia akan mati dan tidak akan selamat jika sampai berada diluar tanah, sebab ia akan menjadi mangsa bagi binatang lainya. Begitu pula kita sebagai manusia, kita akan tetap merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya, kebahagiaan yang tak bisa dinilai dengan harta benda maupun materi dunia, kebahagian itu hanya akan kita rasakan tatkala kita tetap berada diatas fitrah yang ada. lalu apakah fitrah kita itu ? tidak lain adalah untuk beribadah dan mengabdikan diri keapada sang pencipta, Allah ta’ala. Itulah kebahagiaan yang hakiki.
“inna sholati, wa nusuki, wamahyaya, wamamati lillahi robbil ‘alamin” sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam.


Label:
[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.