Tentang Perjalanan

Tentang Perjalanan
oleh: Ahmad Muflikhul Muna

مَا فِي المُقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ                      مِنْ رَاحَةٍ فَدعِ الأَوْطَانَ واغْتَرِب   
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضاً عَمَّنْ تُفَارِقُهُ                            وَانْصَبْ فَإنَّ لَذِيذَ الْعَيْشِ فِي النَّصَبِ
إِنِّي رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءَ يُفْسِدُهُ                             إِنْ سَال طَابَ وَإنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ
وَالأُسْدُ لَوْلَا فِرَاقُ الأَرْضِ مَا افْتَرَسَتْ                  وَالسَّهْمُ لَوْلَا فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبْ
وَالشَّمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فِي الفُلْكِ دَائِمَةً                                      لَمَلَّهَا النَّاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنَ عَرَبِ
وَالتُرْبُ كَالتُرْبِ مُلْقًى فِي أَمَاكِنِهِ                         وَالعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنْ الحَطَبِ
فَإِنْ تَغَرَّبَ هَذَا عَزَّ مَطْلُبُهُ                                 وَإِنْ تَغَرَّبَ ذَاكَ عَزَّ كَالذَّهَب
Sebagai pelajar ilmu agama, sudah barang tentu syair di atas tak asing di telinga kita. Syair yang diciptakan oleh imam mazhab kita, Imam Syafi’i. Bernama lengkap Muhammad ibn Idris as-Syafi’I, dilahirkan pada tahun 150 H di daerah yang dinamakan Gaza, Palestina. Kemudian kembali ke Hijaz, tempat dimana kakek moyangnya berasal. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah SAW di Abdu Manaf ibn Qusay.
Beliau mendapatkan kefasihan dalam bahasa arab, setelah menimba ilmu kepara suku badui, di pinggiran tanah arab, yaitu Bani Hudhail.
Dan syair di atas sudah kita praktekkan sendiri saat ini. Sebagai pelajar yang jauh dari keluarga, sanak dan juga kerabat. Kita menjadi manusia yang asing di tanah orang, di negeri yang sebelumya tak pernah terpikirkan sebelumnya oleh akal kita. Dan sebagai orang yang ingin berilmu, sudah seyogyanya kita tidak berdiam di tempat. Seperti yang sudah di sampaikan leh Imam Syafi’I lewat syairnya.
Dan permisalan yang sederhana yang sering kita jumpai setiap harinya, bagi mereka yang hanya berdiam diri dalam kehangatan selimut, dalam kehangatan dekapan keluarga. Adalah bagaikan air yang tidak bergerak dan mengalir. Air yang berhent begitu saja, ia akan tercemar oleh berbagai bakteri, dan akan membusuk, tak layak untuk diambil manfaatnya. Sedangkan air yang mengalir, ia akan tetap bersih dan menyegarkan.
Sedangkan bagi para pelajar yang sudah jauh-jauh meninggalkan negerinya, meninggalkan keluarganya, menuju tanah impian. Ia akan menemukan pengganti yang ia tinggalkan. Ia akan menemukan keluarga yang baru. Teman dan kawan yang baru, yang akan menambah pengalaman dan keilmuan bagi sang pengelana tersebut.
Berbagai hal harus dikorbankan, guna melancarkan perjalanan ini. Perjalanan yang mempunyai arti yang tak sederhana. Jiwa, raga, juga harta harus dikorbankan untuk itu semua. Tetapi, setelah seluruh pengorbanan itu, tidak akan datang kepada kita kecuali suatu perasaan puas, dan bahagia. Karena kita sudah berusaha dengan sekuat tenaga, dengan apa yang kita bisa. Bayangkan, jika kita mempunyai keinginan yang besar, tetapi tak diimbangi dengan usaha dan pengorbanan yang tak sesuai.
Maka dari itu, kita sudah memulai semuanya itu. Tiba di negeri Kinanah yang mungkin saja sudah sangat didambakan oleh sebagian besar dari pada kita semua, lalu menimba ilmu lewat bangku perkuliahan di Universitas al-Azhar, dan juga lewat berbagai majlis-majlis talaqqi yang diampu oleh berbagai ulama di setiap fan-fan keilmuan.
Tugas kita sekarang adalah menjadi air yang selalu mengalir, bukan hanya diam. Karena sifat air adalah menekan ke segala arah, dan selalu mencari jalan keluar. Mari kita berkelana, mencari bermacam-macam ilmu, bertemu dengan berbagai macam manusia, lalu membacai berbagai macam buku. Niscaya, perjalanan kita sejauh ini, yang telah melintasi benua, hingga samudra, akan menjadi perjalanan yang tak sia-sia.
Perkataan ulama adalah hasil dari ribuan pengalaman hidup yang dilewati, ribuan orang yang sudah ditemui, dan juga berbagai buku yang sudah ditelaah. Dan syair Imam Syafi’I di atas adalah salah satu contoh dari hasil perjalanan hidup salah satu ulama tersebut. Dan bagi kita, mari kita ikuti hasil perjalanan hidup beliau.

Ditulis oleh Ahmad Muflikhul Muna
Guna melengkapi syarat pengambilan beasiswa Badan Wakaf dan Amal Kesejahteraan Mahasiswa (BWAKM)


Kairo, 10 Maret 2017
Label:
[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.