Hikmah Perkataan Imam Syafi’i

نتيجة بحث الصور عن ‪imam syafi'i‬‏

Siapa yang tidak mengenal seorang mufti besar dan juga pendiri mazhab Syafi’I, beliau adalah Abu Abdullah Muhammad Bin Idris Asy-Syafi’i atau yang kerap dikenal dengan Imam asy-Syafi’I yang lahir pada tahun 105 H di Gaza Palestina dan meninggal pada tahun 204 H di Fushtat, Mesir. Bukan hanya terkenal sebagai mufti, beliau-pun dikenal sebagai manusia yang selalu saja memberikan perkataan-perkataan hikmah. Salah satu contohnya adalah mengenai ilmu yang merupakan cahaya dan cahaya tidak diperuntukkan bagi orang yang bermaksiat.

Sejarah mencatat, disaat Imam Syafi’i sulit untuk mengulangi hafalannya lalu beliau bertanya kepada salah seorang guru yang bernama Waki’ mengenai perihal tersebut. Karena imam Syafi’i terkenal dengan hafalannya yang amat luar biasa, ia telah menghafal al-Quran ketika berumur tujuh tahun dan juga telah menghafal kitab al-Muatho’ pada usia yang cukup belia, yaitu 10 tahun.

Kemudian Imam Waki’ (gurunya) berkata kepada imam Syafi’i tentang mengapa ia tidak bisa mengulangi hafalannya dengan cepat,”engkau pasti pernah melakukan suatu dosa dan cobalah kau renungkan kembali!”. Lalu beliau merenungkan kembali apa yang telah dilakukan, seketika beliaupun teringat, bahwa pernah suatu saat beliau tanpa sengaja melihat seorang wanita yang sedang menaiki kendaraannya lantas terlihatlah mata kaki seorang wanita itu, lalu beliau langsung memalingkan wajahnya. Dengan ketidak-sengajaan tersebut, beliau tidak dapat mengulangi hafalannya dengan cepat seperti biasanya.

Sesungguhnya, noda hitam akan terbentuk dalam hati manusia disaat mereka melakukan dosa tetapi dengan memperbanyak istighfar atau taubat akan menghapuskannya. Dan setiap mereka melakukan kesalahan maka noda tersebut akan bertambah, jika tidak beristighfar noda hitam akan menguasai hatinya.

Hati bagaikan telapak tangan, awalnya dalam keadaan terbuka dan jika berbuat dosa, maka telapak tangan tersebut akan tergenggam. Ketika berbuat dosa maka jari-jemari perlahan-lahan akan menutup. Ibnu al-Qayyim ra. Mengatakan: “Jika hati sudah semakin gelap, maka amat sulit untuk mengenal petunjuk kebenaran”.

Semua kemaksiatan yang dilakukan, baik-besar maupun kecil bermuara pada tiga hal. Pertama, terikat hati kepada selain Allah. Kedua, mengikuti potensi marah. Ketiga, mengikuti hasrat syahwat. Oleh karena itu agar terhindar dari kemaksiatan, manusia harus melakukan lawan dari ketiga hal tersebut. Yaitu, menguatkan keimanan dan hubungan hati dengan Allah SWT dengan senantiasa mengikhlaskan segala amal perbuatan hanya karena Allah. Mengendalikan rasa marah karena marah merupakan pangkal sumber dari kedhaliman yang dilakukan oleh manusia dan menahan diri dari syahwat yang membawa manusia tidak jatuh pada perbuatan zina.

Efek lain dari maksiat adalah lemahnya hati karena dosa akan melemahkan keinginan hati untuk melakukan perbuatan yang baik sedangkan keinginan untuk berbuat dosa semakin besar. Tidak merasa takut atas dosa tersebut sementara keinginan bertaubat-pun sedikit demi sedikit akan melemah, sampai akhirnya tidak ada keinginan sama sekali untuk bertaubat.

Jika setengah saja hati seseorang telah mati maka akan sulit untuk bertaubat. Maka, jika mati semuanya dia akan melakukan istighfar dan taubat dusta karena hatinya telah tertambat dengan perbuatan maksiat. Inilah penyakit hati yang paling berbahaya dan menyebabkan kehancuran bagi kehidupan seseorang, bukan hanya di dunia melainkan juga di akhirat kelak. Tetapi, manusia sebagai insan takkan pernah luput dari kesalahan, baik sengaja maupun tidak disengaja dan taubat atau meminta perlindungan Allah swt merupakan sebuah keniscayaan agar tetap dibukakan pintu keberkahan dan beruntung. Allah berfirman “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, supaya kalian beruntung”. (An-nur: 31).

Terbukanya pintu hidayah setiap orang itu tidaklah sama waktunya, tetaplah bersyukur karena Allah telah memberikan kehidupan yang lebih baik. Namun bagi seseorang yang telah berbuat maksiat percayalah bahwa Allah Maha Pengampun. Pintu taubat selalu terbuka bagi hambanya yang ingin bertaubat dan menyadari kesalahannya, seperti firman Allah dalam kitab-Nya “Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Az-zumar: 53).
[blogger]

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.